Selasa, 18 September 2012

7 Ahli Fiqih








Para tabi’in tak pernah main-main dalam membuat fatwa. Mereka sangat takut terjerumus dalam perkara “berkata tanpa ilmu”. Tak heran bila masa itu jumlah mufti (pemberi fatwa) tak banyak meskipun jumlah ulama sangat banyak. Tercatat ada tujuh ulama yag sering menjadi rujukan dalam berfatwa. Ketujuh ulama ini sering disebut dalam kitab-kitab klasik dengan fuqaha assab’ah (tujuh ahli fiqh).
1.     Sa’id bin Musayyab
Ia ahli fiqh yang sangat disegani. Bahkan sahabat seperti Ibnu Umar sendiri mengakui keilmuannya. Tak heran  jika ia disebut dengan Syaikhul Fuqaha (syaikh-nya para ahli fiqh). Ulama yang juga menantu Abu Hurairah ini, banyak menghafal hadits-hadits Nabi dari Abu Hurairah.
2.     Urwah bin Zubair
Ia adalah saudara kandung Abdullah bin Zubair. Tumbuh tanpa didampingi sang ayah, tak membuat semangatnya menuntut ilmu kendur. Lewat didikan ibunya, Asma’ binti Abu Bakar As-Siddiq, semangatnya terus menyala. Ke-faqih-an bibinya, Aisyah Ra, membuat ia banyak menghafal hadits Nabi. Ia banyak menimba ilmu dari Aisyah Ra tersebut.

3.     Abu bakar bin Abdurahman al Makhzumi
Ia diberi gelar Rahibu Quraisy karena ibadah dan shalatnya yang sangat banyak. Ia lahir dizaman Umar bin Khattab. Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dirinya. Di antaranya, Umar bin Abdul Aziz, Mujahid, dan Ikrimah.
4.     Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar as-Siddiq
Dari sekian banyak tabi’in, ulama yang satu ini terbilang paling mengerti hadits Aisyah Ra. Salah satu penyebabnya karena ia tumbuh di bawah bimbingan bibinya Aisyah Ra.
Salah satu nasehatnya yang cukup populer adalah “Sesungguhnya merupakan bentuk penghargaan seseorang atas dirinya adalah tidak berkata sesuatu tanpa ilmu.”
5.     Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud
Ia merupakan ulama yang sangat produktif dalam menyusun syair. Dalam bidang hadits, ia banyak menimba ilmu dari Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Aisyah.
Umar bin Abdul Aziz banyak menimba ilmu darinya, Bahkan menurut sang khalifah, mengikuti halaqah Ubaidillah lebih ia sukai daripada dunia dan seisinya, Pendapat dan nasehatnya sangat menggores hati. Banyak orang yang betah berlam-lamaan di majelisnya. Az Zuhri bahkan pernah mengataka, “Aku telah menimba ilmu dari banyak ulama, hingga aku merasa ilmuku telah mencukupi. Tapi setelah aku bertemu dengan Ubaidillah seolah apa yang aku miliki tidak ada apa-apanya.”
6.     Kharijah bin Zaid bin Tsabit
Ia adalah putra Zaid bin Tsabit. Di bawah bimbingan sang ayah Kharijah tumbuh dalam nuansa keilmuan yang sangat kental. Boleh dikata Kharijah sukses mewarisi kefakihan ayahnya Zaid bin Tsabit. Bahkan ilmu faraidh (ilmu tentang pembagia harta waris) yang menjadi spesialisasi Zaid pun berhasil dikuasainya.
7.     Sulaiman bin Yasar
Ia merupakan keturunan Persia. Banyak ulama yang mensejajarkannya dengan Sa’id bin Musayyab. Hal itu tak terlalu mengherankan sebab ketika ada orang yang bertanya kepada Sa’id, ia tak segan-sega mempersilahkan untuk bertanya kepada Sulaiman bin Yassar. Bakan dalam suatu kesempatan Ibnu Musayyab pernah berkata kepada seseorang, “pergilah kamu kepada Sulaiman bin Yassar sebab ia adalah orang yang paling alim yang masih tersisa saat ini.”


Template by:
Free Blog Templates